Games Orangtua Dan Anak
Jalin Komunikasi Terbuka
Bangun komunikasi yang terbuka dengan anak-anak Anda dengan mengajak mereka berbicara tentang impian, tujuan, dan tantangan yang mereka hadapi.
Buat suasana yang nyaman dan aman di mana mereka merasa bebas untuk berbagi pemikiran dan perasaan mereka tanpa takut dihakimi atau dibandingkan.
Komunikasi yang terbuka membantu Anda memahami perspektif dan kebutuhan anak, sehingga Anda bisa memberikan dukungan yang tepat dan relevan.
Jadilah pendengar yang baik dan berikan saran yang konstruktif tanpa harus membandingkannya dengan orang lain.
Dengarkan dengan penuh perhatian dan tunjukkan empati terhadap apa yang mereka sampaikan.
Ketika memberikan saran, fokuslah pada pengembangan dan pertumbuhan pribadi anak, serta berikan dorongan yang membangun kepercayaan diri mereka.
Dengan cara ini, Anda membantu anak-anak merasa didukung dan dihargai, yang pada akhirnya memperkuat hubungan Anda dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan mereka dengan percaya diri.
Membandingkan karier anak-anak adalah praktik yang umum terjadi dalam masyarakat kita.
Tapi, penting untuk diingat kalau perbandingan semacam itu bisa berdampak negatif pada perkembangan emosional dan psikologis anak.
Sebagai anak, penting untuk tetap fokus pada tujuan pribadi dan berkomunikasi dengan orangtua.
Sebagai orangtua, memberikan dukungan positif dan menghargai keunikan anak adalah kunci untuk membantu mereka mencapai potensi penuh mereka tanpa perlu membandingkan dengan orang lain.
Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih, kita bisa membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan mandiri, siap untuk menghadapi tantangan dunia dengan kepercayaan diri yang kokoh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Worklife Selengkapnya
KOMPAS.com - Bonding atau ikatan emosional antara anak dan orangtua sebenarnya bisa terjalin melalui aktivitas bermain.
Menurut psikolog klinis Tiga Generasi, Evryanti Putri, orangtua perlu menghabiskan waktu setidaknya 30 menit hingga satu jam bermain dengan anak setiap harinya untuk membangun bonding.
"Bermain tidak hanya bisa meningkatkan tumbuh kembang anak, tetapi juga bonding yang kuat dengan orangtua.
Begitu penuturan Evryanti dalam acara media gathering Early Learning Centre (ELC) di Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
"Ketika orangtua benar-benar hadir untuk bekerja sama membantu anak dalam sebuah permainan, itu akan menciptakan memori positif yang membuatnya senang dan otomatis membentuk kelekatan secara emosional dengan si kecil," ungkap dia.
Oleh sebab itu, meluangkan waktu bermain bersama dan juga memilih jenis mainan yang sesuai dengan usia anak bisa sangat membantu meningkatkan ikatan emosional antara anak dan orangtua.
Rekomendasi permainan
Evryanti pun merekomendasikan beberapa permainan yang dapat dimainkan bersama oleh anak dan orangtua untuk meningkatkan bonding sebagai berikut:
Setiap anak memang memiliki preferensi mainannya masing-masing. Namun, menurut Evryanti, mainan edukasi sangat baik dalam mengasah perkembangan dan kemampuan anak.
"Misalnya, untuk anak usia bayi sampai balita bisa diberikan mainan yang dapat merangsang sensorinya," ungkap Evryanti.
"Dalam hal ini orangtua bisa terlibat untuk ikut bermain dan ada interaksi agar anak tahu bahwa orangtua merespons kebutuhannya saat bermain," jelas dia.
Harapan untuk memiliki anak yang seperti itu
Orangtua mungkin sangat terkesan apabila melihat seseorang seusia anaknya telah memperoleh pencapaian yang luar biasa. Hal ini seakan menjadi impian yang ingin sekali dicapainya.
Sayangnya harapan untuk memiliki anak yang seperti itu bukan berarti dapat dilakukan dengan membandingkan anak. Cara tersebut hanya akan memberatkan mereka dan kemudian berdampak pada kondisi psikologisnya.
Baca Juga: 7 Kartun dari Berbagai Negara yang Masih Tayang di TV Indonesia
Pola parenting yang turun temurun
Setiap orangtua memiliki cara yang berbeda-beda dalam urusan mendidik anak dan hal ini disebut dengan pola asuh atau parenting. Pola asuh inilah yang mungkin akan berbeda di tiap orangnya, sebab ada banyak faktor yang memengaruhi.
Bila kamu menemukan orangtua yang gemar membandingkan anak-anaknya, maka bisa jadi mereka juga pernah menjadi korban dalam perbandingan yang dilakukan oleh orangtuanya dulu. Pola parenting yang terus turun menurun inilah yang nantinya bagai mata rantai, sebab harus segera diputus atau dihilangkan kebiasaannya apabila tak ingin berlanjut ke generasi selanjutnya.
Komunikasikan Perasaan Anda
Kalau perbandingan yang dilakukan orangtua Anda membuat Anda merasa tidak nyaman, penting untuk membicarakannya dengan mereka secara jujur.
Komunikasi yang terbuka bisa membantu mereka memahami perasaan Anda dan menyadari dampak negatif dari perbandingan tersebut.
Saat berbicara, sampaikan perasaan Anda dengan tenang dan jelas, jelaskan bagaimana perbandingan itu mempengaruhi motivasi dan kepercayaan diri Anda.
Sampaikan kalau Anda ingin didukung sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pribadi Anda. Jelaskan kalau setiap orang punya jalur hidup yang berbeda dan Anda punya impian serta tujuan yang ingin dicapai berdasarkan minat dan nilai-nilai Anda sendiri.
Dengan berbicara secara terbuka, Anda bisa membantu orangtua memahami perspektif Anda dan membangun dukungan yang lebih positif serta membangun hubungan yang lebih sehat dan mendukung.
Gunakan perbandingan sebagai motivasi untuk meningkatkan diri Anda, bukan sebagai alasan untuk merasa kurang.
Alih-alih merasa tertekan atau tidak cukup baik karena dibandingkan dengan orang lain, jadikan perbandingan tersebut sebagai pendorong untuk lebih berusaha dan mengembangkan kemampuan Anda.
Fokus pada aspek positif yang bisa Anda pelajari dari keberhasilan orang lain dan terapkan pembelajaran tersebut untuk mencapai tujuan Anda sendiri.
Tetapkan tujuan pribadi dan bekerja keras untuk mencapainya, tapi pastikan kalau tujuan tersebut adalah sesuatu yang Anda inginkan, bukan sekadar untuk memenuhi harapan orang lain. Menetapkan tujuan yang sesuai dengan minat dan nilai-nilai pribadi Anda akan membuat Anda lebih termotivasi dan bersemangat dalam mencapainya.
Dengan mengejar tujuan yang benar-benar Anda inginkan, Anda akan merasa lebih puas dan bahagia dengan pencapaian Anda, terlepas dari bagaimana pencapaian tersebut dibandingkan dengan orang lain.
Mungkin pertanyaan ini pernah ditanyakan oleh sebagian Orang tua dengan anak yang saat ini mulai beranjak dewasa. Mengapa penting bagi Orang tua dan anak untuk dapat membangun relasi yang lebih dekat, tidak hanya sebatas menjalani peran sebagai Orang tua, sebaliknya anak juga sebatas menjalani perannya sebagai anak.
Pola asuh berkembang dari generasi ke generasi. Sebagai contoh, Orang tua jaman dulu cenderung memegang kendali penuh namun seiring berjalannya waktu ada perubahan cara pola asuh Orang tua. Tidak dipungkiri bahwa pada masa sekarang, Orang tua umumnya lebih fleksibel dan berusaha untuk dapat membangun kedekatan dengan anak. Zaman sekarang hubungan Orang tua dan anak yang dianggap sehat adalah pada saat anak dapat berbagi cerita dan menghabiskan waktu bersama dengan Orang tua tanpa perasaan terpaksa atau karena sebuah keharusan.
Lantas, bagaimana Orang tua dapat tetap membina hubungan dengan anak yang saat ini sedang berproses memasuki usia dewasa? Pada dasarnya ada 2 elemen utama dalam sebuah pertemanan, yakni good times (bermain) dan good conversation (merasa didengar). Waktu-waktu bermain bersama anak tanpa sadar berkurang atau bahkan hilang sama sekali ketika anak beranjak dewasa. Padahal memiliki waktu bermain bersama anak adalah suatu hal yang penting untuk dapat membangun kedekatan bersama anak. Bermain dan membangun keseruan dengan anak menciptakan suasana hangat dan memberi kesempatan pada anak untuk memiliki kenangan yang baik dari interaksi tersebut.
Tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang sulit untuk dapat mengajak anak untuk pergi atau menghabiskan waktu bersama dengan Orang tua. Oleh karena itu, sebagai Orang tua, kita dapat mencoba belajar masuk ke dunia anak-anak kita. Sebagai contoh, meminta anak untuk mengajari kita cara menggunakan Tiktok atau youtube, atau mengenal film Drama Korea yang disukai oleh anak kita. Kita tidak harus menyukainya, tetapi menunjukan sedikit rasa tertarik / ingin tahu merupakan langkah awal untuk membangun relasi pertemanan antara Orang tua dan anak. Kita juga tidak perlu selalu, atau terus-menerus, atau terlibat terlalu dalam. Selain itu dalam proses kita mengenal dunia anak-anak kita, hal lain yang tidak kalah penting adalah tidak menghakimi / menyepelekan apa yang disukai oleh anak kita, sebagai contoh “kok aneh ya”, atau “buat apa sih buang-buang waktu”. Komentar-komentar seperti itu justru membuat anak malah membangun tembok dengan Orang tua. Kuncinya adalah mencoba membuka diri untuk mengenal dunia anak tanpa menghakimi atau memberikan komentar yang negatif. Dengan demikian, kita berupaya untuk membangun kebiasaan baru yang ramah dan lebih hangat dengan anak.
Sumber: Can Parents and Children Be Friends? | Psychology Today
TRIBUNJATENG.COM - Doa agar anak mau sekolah, terlebih saat ini tengah memasuki masa pembelajaran bagi siswa baru.
Melatih anak untuk giat belajar atau berangkat sekolah memang butuh usaha keras.
Mendidik anak agar mau sekolah merupakan langkah baik yang dilakukan orangtua demi kecerdasan anak.
Namun, anak yang belum mengerti dan belum memiliki kemauan untuk berangkat sekolah menjadi masalah untuk orangtua yang harus terus memberi pengertian.
Agar anak mau sekolah, orangtua bisa meminta pertolongan Allah dengan membaca doa berikut:
“Allahumma faqqih hu fid diini wa ‘allimhut ta’wiila”
Doa ini memiliki arti: “Ya Allah, berikanlah kefahaman baginya dalam urusan agama, dan ajarkanlah dia ta’wil”
Atau bisa juga membaca doa ini:
“Allahumma inni istaudi’uka maa allamtaniihi fardudhu ilayya ‘inda haajati ilahi walaa tansaniihi yaa robbal ‘aalamin”.
Doa ini memiliki arti: “Ya Allah, sesungguhnya aku titipkan kepada-Mu apa yang telah Kau ajarkan kepadaku, maka kembalikanlah ia kepadaku ketika aku membutuhkannya. Dan janganlah Kau buat aku lupa padanya hai Tuhan yang memelihara alam.”. Doa ini dapat diberikan orang tua kepada anak.
Selain itu, ada doa yang ketiga berikut bacaannya:
“Robbi zidni’ ilmaa, warzuqni fahma waj’alnii minash shoolihin”
Doa ini mempunyai arti: "Ya Allah, tambahkanlah aku ilmu dan berikanlah aku rizqi akan kepahaman, Dan jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang saleh." Doa ini dapat diberikan orang tua kepada anak sebelum mulai menuntut ilmu.
Tips agar anak mau sekolah
Tidak jarang kita mendengar orangtua membanding-bandingkan karier anak-anak mereka dengan karier anak-anak orang lain. Hal ini bisa jadi terasa menyebalkan atau bahkan menyakitkan bagi anak yang dibandingkan, betul kan?
Tapi, apa yang sebenarnya melatarbelakangi perilaku ini?
• Aktivitas menarik di luar rumah
Anak-anak yang sudah cukup besar biasanya memiliki ketertarikan yang lebih besar dalam hal bermain.
"Selain mencoba bermain peran, orangtua juga bisa mengajak anak untuk melakukan permainan di luar rumah seperti ikut kegiatan outbound, lari-larian, dan mungkin bersepeda bersama," kata Evryanti.
"Di samping itu, aktivitas outdoor yang menantang juga bisa meningkatkan kepercayaan diri anak untuk bisa melakukan berbagai hal baru. Jangan lupa orangtua agar memberikan apresiasi jika anak berhasil menyelesaikan tantangan," sambung dia.
Bagaimana Anak Harus Bersikap?
Sebagai anak yang sering dibandingkan, penting untuk mengembangkan sikap yang sehat dalam menghadapi situasi ini.
Sulit melihat sisi kelebihan dari anak
Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa anak lahir ke dunai dengan kelebihan dan kekurangannya. Namun, entah bagaimana orangtua seakan sibu melihat anak dari sisi kekurangannya semata, sehingga sangat mudah dalam membanding-bandingkannya.
Padahal orang lain yang dibandingkan oleh orangtua juga bukanlah sosok yang sempurna, sebab pasti memiliki kekurangan yang hanya saja tidak ditunjukan. Jangan sampai orangtua sibuk melihat kelebihan orang lain, namun seakan sulit melihat sisi kelebihan dari anak sendiri.
Fokus pada Dukungan Positif
Alih-alih membandingkan, berikan dukungan dan dorongan positif kepada anak-anak Anda.
Fokus pada usaha dan pencapaian mereka sendiri, sekecil apapun itu, dan akui setiap langkah maju yang mereka ambil.
Memberikan pujian dan pengakuan atas usaha mereka akan meningkatkan kepercayaan diri dan motivasi anak, sehingga mereka merasa dihargai dan didukung dalam setiap upaya yang mereka lakukan.
Kenali usaha dan pencapaian anak Anda dan bantu mereka untuk terus berkembang dengan cara yang sehat.
Berikan bimbingan dan dukungan yang mereka butuhkan untuk mencapai tujuan mereka, sambil menghargai proses dan usaha yang mereka lalui.
Dengan memberikan dukungan yang positif dan konstruktif, Anda membantu anak-anak membangun fondasi yang kuat untuk mencapai kesuksesan dan kebahagiaan yang sejati, sesuai dengan potensi dan impian mereka sendiri.