Sekolah Harapan Mulia Pademangan

Sekolah Harapan Mulia Pademangan

Menjadi lembaga pendidikan Kristen unggulan yang mengutamakan

IMAN, INTEGRITAS dan ILMU

Menyediakan pendidikan yang berlandaskan pandangan Kristiani yang bersifat

HOLISTIK, INTEGRATIF dan TRANSFORMATIF

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Guru : 15   Siswa Laki-laki : 180   Siswa Perempuan : 199 Rombongan Belajar : 16

Kurikulum : SD 2013 Penyelenggaraan : Sehari Penuh/5 hari Manajemen Berbasis Sekolah : Semester Data : 2024/2025-1

Akses Internet : Tidak Ada Sumber Listrik : PLN Daya Listrik : 30,000 Luas Tanah : 1,961 M²

Ruang Kelas : 18 * Laboratorium : 1 * Perpustakaan : 1 * Sanitasi Siswa : 2 *

*) Penghitungan hanya untuk kondisi Baik, Rusak Ringan dan Rusak Sedang

Tak bisa dipungkiri, bermain air merupakan salah satu kesenangan anak. Itu terbukti ketika anak-anak TK-B SAIM bermain basah-basahan sambil menangkap ikan mas di kolam Agro Mulia, Prigen, Kamis (30/1).

Berbagai manfaat bisa didapatkan anak-anak saat menangkap ikan. Kegiatan ini dapat meningkatkan kecerdasan, melatih motorik, konsentrasi, dan sensoriknya. Dengan menangkap ikan dalam kolam, anak akan merasakan sensasi dinginnya air dan kegembiraan saat melihat ikan bergerak di sekelilingnya.

“Waaaahhh itu… itu ikannya…,”ungkap Azam sambil menunjuk ikan. “Kejar-kejar, tangkap dengan kaos kita,” kata Yardan menawarkan solusi kepada teman-temannya.

“Ketika melihat ikan, anak akan berusaha menangkapnya, di situ motorik dan sensorik anak akan terlatih,” tutur salah satu Ustadzah TK-B SAIM yang mendampingi anak-anak selama kegiatan berlangsung.

Karena ikan hidup relatif sulit ditangkap, maka anak-anak akan berusaha segesit mungkin supaya hewan buruannya bisa tertangkap. Anak akan memasang strategi untuk bisa mencapai tujuannya. Tak lupa juga ustadz dan ustadzahpun menanyai anak-anak: “Berapa ikan yang dapat ditangkap?” Secara tak sadar mereka juga belajar Matematika, mengurutkan bilangan sesuai dengan jumlah ikan yang dapat dia tangkap.

Kegiatan seru ini diakhiri dengan melepaskan ikan ke kolam. “Ust, ikannya dilepas saja ya… kasihan gak bisa nafas,” ungkap seorang anak. Rupanya ini merupakan wujud kepedulian anak-anak terhadap makhluk hidup.

SAIM, a way to the real life (*)

Kontributor: Ust. Yuni, Editor: dri

Informasi Umum Chatime - Dufan 2

Tempat makan Chatime - Dufan 2 ini, menjadi salah satu Coffee pilihan warga lokal yang tinggal tidak jauh dari Istana Boneka, Jl. Lodan Timur No.7 Rt / Rw 000/01 Kel Ancol Kec. Pademangan, Jakarta Utara 14430. Chatime - Dufan 2 menawarkan beragam hidangan yang hampir semua orang sukai. Menawarkan suasana yang ramah dan baik, tempat makan ini patut untuk Kamu kunjungi apabila sedang tidak jauh dari daerah Istana Boneka, Jl. Lodan Timur No.7 Rt / Rw 000/01 Kel Ancol Kec. Pademangan, Jakarta Utara 14430. Sudah banyak user yang memberikan nilai untuk Chatime - Dufan 2 ini. Memiliki rating 4.3, sudah barang pasti penilaian dari pengunjung ini bisa membantu Kamu dalam menilai sebelum berkunjung ke Chatime - Dufan 2 ini. Dengan rating suasana 4.97 bintang, Chatime - Dufan 2 menawarkan atmosfer yang nyaman dan disukai oleh banyak pengunjung. Desainnya yang menarik membuat tempat ini menjadi pilihan favorit untuk berbagai kesempatan, mulai dari acara keluarga hingga pertemuan dengan teman dan pasangan. Chatime - Dufan 2 ini buka pada Senin (10:00 - 22:00), Selasa (10:00 - 22:00), Rabu (10:00 - 22:00), Kamis (10:00 - 22:00), Jumat (10:00 - 22:00), Sabtu (10:00 - 22:00), Minggu (10:00 - 22:00), menyediakan waktu yang fleksibel bagi Kamu untuk menikmati hidangan mereka. Chatime - Dufan 2 adalah tempat makan yang memiliki hidangan khas Coffee dengan rating makanan 4.97 bintang. Kualitas makanan di sini selalu terjaga, memastikan setiap pengunjung menikmati pengalaman bersantap yang lezat dan memuaskan di setiap kunjungan. Dengan rating 4 bintang, Chatime - Dufan 2 memiliki makanan berkualitas baik, meskipun masih ada beberapa aspek yang bisa ditingkatkan. Namun, pengalaman bersantap di sini tetap memuaskan bagi banyak pengunjung. Chatime - Dufan 2 terletak di dekat Mercure Convention Center Ancol, BI Executive Hotel, Aston Marina Ancol, Stasiun KRL Kampung Bandan, The St Regis Jakarta, menjadi pilihan yang ideal untuk bersantap setelah beraktivitas di sekitar area tersebut. Lokasinya yang strategis menawarkan kemudahan akses bagi para pengunjung yang ingin menikmati hidangan nikmat sebelum melanjutkan kegiatan mereka. Chatime - Dufan 2 adalah salah satu tempat makan khas Coffee yang memiliki beragam metode pembayaran seperti Cash, Debit Card, Credit Card, QRIS, membuat setiap tamu bisa membayar dengan cara yang paling nyaman bagi mereka.

Copyright © 2024 Horego. All rights reserved.

Ancol adalah salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Pademangan, kota Jakarta Utara, provinsi DKI Jakarta, Indonesia, dengan luas wilayah 377 km2. Kelurahan ini berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, pantai Laut Jawa di sebelah timur, Pelabuhan Sunda Kelapa di sebelah barat, dan Sungai Tiram di sebelah selatan.

Nama Ancol merujuk pada sebuah kali yang terletak sekitar 3 km di timur Pelabuhan Sunda Kelapa dan daerah yang mengelilinginya. Mulut Kali Ancol terletak pada daerah yang kini menjadi Putri Duyung Cottage. Daerah yang mengelilingi kali Ancol dulunya adalah dataran rendah pantai yang berisi air payau, hutan mangrove dan rawa-rawa.

Ada juga yang menyebutkan bahwasanya nama Ancol merupakan bunyi dari suatu benda kecil jatuh ke air yang menimbulkan suara dan gemercik kecil bersuara Anclom dan lambat laun menjadi Ancol.

Sebutan Ancol pertama kali muncul dalam naskah Carita Parahyangan (Koropak 406), sebuah lembaran lontar berbahasa Sunda Kuno yang ditulis pada abad ke-16. Lembaran ini bercerita tentang upaya Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon, dan Kesultanan Demak menyerang Sunda Kelapa. Daerah Ancol disebut sebagai salah satu daerah strategis untuk menyerang Sunda Kelapa:

…Disilihan inya ku prebu Surawisésa, inya nu surup ka padarén, kasuran, kadiran, kuwanén. Prangrang lima welas kali hanteu éléh, ngalakukeun bala sariwu. Prangrang ka Kalapa deung Aria burah. Prangrang ka Tanjung. Prangrang ka Ancol kiyi….

Ketika Imperium Portugis tiba pada akhir abad ke-16, Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran yang beragama Hindu menerima kedatangan mereka dan berharap bahwa orang Portugis akan melindungi mereka dari serangan Kesultanan Banten, Demak, dan Cirebon, yang beragama Islam. Persekutuan dengan orang Portugis tersebut terjadi, tetapi ketiga kesultanan tersebut yang berada di bawah kepemimpinan Fatahillah berhasil mengalahkan kerajaan Pakuan Pajajaran dan Imperium Portugis dengan cara menyerang pelabuhan ini dari daerah timur pantai Ancol. Sunda Kalapa kemudian diganti namanya menjadi Jayakarta.

Kemudian di akhir abad ke-17, pemimpin Jayakarta dikalahkan oleh Belanda. Kota ini kemudian sama sekali dihilangkan dan sebuah kota berbenteng baru, Batavia, didirikan di pesisir timur Kali Ciliwung. Untuk mengendalikan perairan Batavia, sejumlah kanal didirikan yang menghubungkan kanal Batavia dengan kali-kali di dekatnya, yaitu Muara Angke dan Kali Ancol. Kanal yang menghubungkan Batavia dengan Ancol dinamakan Antjolschevaart (bahasa Indonesia: Kanal Ancol) dan sudah ada pada tahun 1650.[2] Beberapa benteng dan pertahanan lainnya kemudian didirikan untuk melindungi kanal-kanal tersebut, misalnya sconce (semacam tanggul tinggi) yang disebut Zouteland (bahasa Indonesia: "air payau") oleh orang Belanda. Sconce ini melindungi titik pertemuan Kanal Ancol dengan Kali Ancol.[3] Pada abad ke-18, sconce ini dikembangkan menjadi sebuah benteng yang dinamai Fort Ancol. Pada akhir abad ke-18, terdapat dua benteng yang melindungi muara Kali Ancol: Slingerland di bagian timur dan Zeelucht di bagian barat.[4]

Pada abad yang sama, di daerah ini pula, Gubernur-Jendral Jeremias van Riemsdijk (menjabat 1775) sempat membangun resor pantai liburan berbentuk vila pantai. Ia juga mereklamasi daerah sekitar vila pantainya dari rawa-rawa menjadi tanah produktif dan membangun areal pertanian. Gubernur-Jendral Adriaan Valckenier kemudian mengikuti juga membangun resor di sini.[5] Resor-resor tersebut, yang terletak di pinggir timur Kali Ancol, dinamakan Slingerland atau Sanggerlang (kini menjadi daerah pemukiman di Ancol). Slingerland pernah menjadi daerah yang populer untuk liburan kaum elit Belanda. Sebuah kuil Tionghoa, Vihara Bahtera Bakti, yang dibangun pada tahun 1650, adalah salah satu bangunan yang pertama kali dibangun di Ancol.

Pada masa pemerintahan Gubernur-Jendral Herman Willem Daendels (1808–1811), daerah Batavia Lama (bahasa Belanda: Oud Batavia) kemudian ditinggalkan secara bertahap dan dipindahkan ke Weltevreden (kini Lapangan Banteng). Semua bangunan di Batavia Lama, termasuk Kastel Batavia dan resor-resor Gubernur-Jendral sebelumnya, dihancurkan dan ditinggalkan. Setelah itu, daerah Ancol menjadi terpuruk dan ditinggalkan.[6]

Pembangunan pelabuhan baru di Tanjung Priok pada akhir abad ke-19 menyebabkan Kanal Ancol yang pada waktu itu berumur 200 tahun diperpanjang hingga menjangkau Tanjung Priok. Jalur kereta api juga didirikan sepanjang Kanal Ancol yang menghubungkan Stasiun N.I.S Batavia dengan Stasiun Tanjung Priok.[7] Meskipun ada infrastruktur baru seperti itu, daerah Ancol tetap kosong dan tidak dihuni.

Pada masa penjajahan Jepang, daerah rawa Ancol digunakan sebagai tempat eksekusi dan pekuburan orang-orang yang menolak tentara Jepang, terutama orang Belanda. Korban-korban ini kemudian dikubur ulang di pekuburan baru di pantai Ancol, Kuburan Ancol (Ereveld Ancol), yang dibuka pada 14 September, 1946. Kuburan tersebut mengandung lebih dari 2.000 korban eksekusi pada masa pendudukan Jepang. Banyak dari mereka yang tidak diketahui identitasnya. Akibat dekat dengan pantai, kuburan ini terancam tenggelam.[8]

Selain pekuburan, daerah Ancol tetap tidak dihuni selama pascaperang hingga tahun 1960an. Daerah ini sempat menjadi hutan monyet dengan genus Macacus. Orang-orang menyebutnya "monyet Ancol" dan mereka menghuni daerah yang kini berada di rel kereta ujung Jalan Gunung Sahari, seberang gerbang Taman Impian Jaya Ancol. Monyet Ancol ini menjadi awal mula celaan orang Jakarta kepada orang-orang yang tidak mereka sukai atau berperilaku aneh: "Dasar lu monyet Ancol!"

Selain monyet, fauna yang bisa ditemukan di daerah ini adalah buaya. Daerah Ancol, ketika tidak berpenghuni, juga penuh dengan pohon palem, mangrove, dan kelapa, dan merupakan tempat memancing yang lumayan populer.[9]

Pada tahun 1960, Ancol masih tidak berkembang, masih berbentuk rawa dan empang yang penuh dengan nyamuk. Presiden Sukarno, yang terkenal banyak melakukan proyek mercusuar di seluruh Jakarta, mencetuskan ide mereklamasi rawa Ancol dan menjadikannya pusat rekreasi dan hiburan terbesar Jakarta. Ide ini kemudian dimulai pada 1965 melawan konsep lain yang mengembangkan Ancol menjadi daerah industri.

Perkembangan tersebut dimulai pada masa Gubernur Ali Sadikin (1966). Kompleks ini kemudian disebut Taman Impian Jaya Ancol. Fasilitas pertamanya adalah pantai Ancol Bina Ria, yang pada tahun 1970an terkenal memiliki bioskop mobil. Dunia Fantasi dibangun pada tahun 1984. Kini, area rekreasi 554 hektar itu dikenal sebagai Ancol Jakarta Bay City, berisi hotel, bungalow, pantai, taman rekreasi, pasar tradisional, akuarium samudra, lapangan golf dan sebuah marina.

Pada tahun 2020, penduduk kelurahan ini berjumlah 29.978 jiwa; terpecah menjadi laki-laki sebanyak 15.517 jiwa dan perempuan sebanyak 14.461 jiwa, dengan kepadatan penduduk 7.952 jiwa/km2.[11]

Berdasarkan data Sensus penduduk 2010, warga Jakarta Utara didominasi oleh warga dari suku Jawa, Betawi, Batak, Tionghoa dan Sunda, serta sebagian merupakan suku Minangkabau, Melayu, Bugis, dan suku lainnya.[12] Dalam hal agama masyarakat tersebut, Islam sebanyak 81,24%, kemudian Kristen 11,90% (Protestan 7,55% dan Katolik 4,35%), Buddha 6,68% dan Hindu 0,18%.[11]

6°7′44.84″S 106°50′0.06″E / 6.1291222°S 106.8333500°E / -6.1291222; 106.8333500

Wikimedia Commons memiliki media mengenai

TRIBUNTERNATE.COM - Simak harapan mulia Calon Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, untuk muda-mudi Malut.

Sherly Tjoanda berharap, dirinya bisa meningkatkan kualitas SDM Maluku Utara agar bisa mendapatkan uang atau penghasilan dengan cepat.

Salah satunya adalah melalui pendidikan sebagai content creator.

Baca juga: 4 Sikap Sherly Tjoanda Terkait Hasil Pilgub Malut: Siap Digugat MK hingga Tak Ingin Balas Dendam

Baca juga: Kesaksian Anak Sherly Tjoanda, Edelyn Laos Sebut Sang Ibu Cocok Jadi Ibu Seluruh Warga Maluku Utara

Dalam sebuah wawancara yang diunggah kembali di laman media sosial Sherly Tjoanda, istri mendiang Benny Laos itu mengungkapkan beberapa misinya.

Selain memperbaiki kesehatan dan infrastruktur daerah, pendidikan tentunya hal yang juga akan menjadi perhatian besar.

"SDM menjadi salah satu program, selain menggratiskan pendidikan juga harus berkualitas," ujar ibu tiga anak tersebut.

Beberapa programnya termasuk membuat SMK yang memiliki jurusan sesuai dengan perkembangan zaman.

Sherly Tjoanda ingin muda-mudi Maluku Utara punya kemampuan sebagai content creator, khususnya untuk mempromosikan Malut sendiri.

"Kita akan bikin SMK vokasi yang memang yang lulus dari SMK tersebut siap pakai skill-skill yang seperti sekarang dibutuhkan, videografer, fotografer, konten kreator yang bisa menghasilkan uang yang cepat."

"Dan memang kan tidak semua orang ditakdirkan untuk di belakang meja dengan pekerjaan administrasi, kita tidak ada yang bisa mempromosikan Maluku Utara sebaik putra-putri Maluku Utara itu sendiri."

"Tapi kan mereka enggak punya skill storytelling, ngedit foto video, tapi kan itu sebenarnya enggak butuh empat tahun belajar ya, kayak sebentar saja kemudian ada yang meng-guide, ada ekosistem yang healthy, ada local hero."

"Sehingga memang promosi Maluku Utara itu dipromosikan oleh content creator lokal, harapannya begitu, saat ini sudah ada tapi masih banyak yang harus di-upgrade," jelasnya.

Prediksi untuk Anak Sherly Tjoanda

Anak sulung Sherly Tjoanda dan mendiang Benny Laos, yakni Edbert Laos, diprediksi akan mengikuti jejak kedua orangtuanya.